Selasa, 08 Maret 2016




       Prospek seorang lulusan farmasi untuk mendapat lapangan pekerjaan sekaligus mengabdikan diri kepada masyarakat tidak sekedar pada satu tempat di apotek atau rumah sakit saja tapi bisa lebih luas dari itu, karena seorang farmasis harus memiliki sifat :
1.  Caregiver : Apoteker menyediakan layanan pengasuhan. Mereka harus beranggapan bahwa praktik mereka terintegrasi berkesinambungan dengan sistem pelayanan kesehatan dan profesional kesehatan lainnya.  Layanan tersebut harus berkualitas tertinggi.
2.     Communicator : Apoteker berada dalam posisi ideal untuk menjelaskan resep kepada pasien, dan untuk mengkomunikasikan informasi mengenai kesehatan dan obat-obatan kepada masyarakat. Dia harus berpengetahuan dan percaya diri saat berinteraksi dengan profesional kesehatan lainnya dan masyarakat. Komunikasi melibatkan verbal, non-verbal, mendengarkan dan keterampilan menulis.
3.  Decision-maker : Penggunaan sumber daya yang tepat, berkhasiat, aman dan hemat biaya (misalnya, tenaga kerja, obat-obatan, bahan kimia, peralatan, prosedur, praktek) harus menjadi landasan kerja apoteker. Pada tingkat lokal dan nasional, apoteker berperan dalam menetapkan kebijakan obat-obatan. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi, menyatukan data dan informasi dan memutuskan tindakan yang paling tepat tindakan.
4.   Teacher : Apoteker memiliki tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan pelatihan generasi masa depan apoteker dan masyarakat umum. Berpartisipasi sebagai pengajar tidak hanya menanamkan pengetahuan kepada orang lain, tapi juga  menawarkan kesempatan bagi praktisi untuk mendapatkan pengetahuan baru dan untuk mempersiapkan  keterampilan yang ada.
5.    Livelong learner : Di sekolah farmasi, tidak mungkin untuk memperoleh semua pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan untuk meniti karir seumur hidup sebagai seorang apoteker. Konsep, prinsip dan komitmen untuk belajar seumur hidup harus dimulai saat kuliah farmasi dan harus didukung sepanjang karir apoteker. Apoteker harus belajar bagaimana menjaga pengetahuan dan keterampilan agar selalu up to date.
6.   Leader : Dalam multidisiplin, kepedulian di daerah di mana penyedia layanan kesehatan sangat minim atau tidak ada, apoteker wajib memposisikan diri sebagai pemimpin dalam kesejahteraan seluruh pasien dan masyarakat. Kepemimpinan yang dimaksud termasuk kasih sayang dan empati serta visi dan kemampuan untuk membuat keputusan, berkomunikasi, dan mengatur secara efektif.
7.   Manager : Apoteker harus mampu mengelola sumber daya (manusia, fisik dan keuangan) dan informasi secara efektif. Mereka juga harus bersedia diatur oleh orang lain, baik oleh pemberi kerja, manajer atau pemimpin tim pelayanan kesehatan. Semakin banyak informasi dan teknologi yang terkait akan memberikan tantangan sebagai apoteker, memikul tanggung jawab yang lebih besar untuk berbagi informasi tentang obat-obatan dan produk-produk terkait dan memastikan kualitasnya.
Dan sebagai fungsi tambahan :
8.   Researcher : Apoteker harus dapat menggunakan evidence base (misalnya, saintifik, praktek farmasi, sistem kesehatan) secara efektif untuk menyarankan tentang penggunaan obat yang rasional. Apoteker dapat juga berkontribusi terhadap evidence base dengan tujuan mengoptimalkan layanan kepada pasien dan hasil yang diperoleh. Sebagai peneliti, apoteker dapat meningkatkan aksesibilitas kesehatan dan pemberi informasi obat-obatan kepada masyarakat dan profesional kesehatan lainnya.